31 Januari 2012

2013 Tak Ada Lagi Sekolah Rusak

Pemerintah menyiapkan anggaran Rp 18 triliun untuk perbaikan sekitar 140.000 bangunan sekolah yang rusak. Perbaikan akan dilakukan tahun 2012 ini sehingga tahun 2013 tak ada lagi laporan sekolah yang rusak berat.

”Kalau ketemu sekolah rusak, jawabannya hanya satu, ya... dibangun,” tutur Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh saat mengunjungi empat sekolah dasar yang bangunannya rusak di Kota Depok, Jawa Barat, Minggu (29/1).
Sepanjang Minggu pagi hingga siang, Nuh mengunjungi empat sekolah yang bangunannya rusak di Kota Depok. Sekolah itu SD Negeri Cilodong 02, SDN Sukamaju Baru 02, SDN Sukamaju Baru 03, dan SDN Tugu 09. Dari empat sekolah yang dikunjunginya, Nuh menilai dilihat dari luar kondisi sekolah tampak tidak bermasalah. Namun, dilihat dari dalam, kusen, genteng, eternit, dan sebagian tembok sudah rapuh.
Nuh menilai, banyaknya sekolah yang rusak bisa dipahami karena umumnya sudah berusia di atas 30 tahun dan tanpa renovasi.
Suprihatin, guru kelas III SDN Cilodong 02 Depok, mengatakan khawatir jika angin kencang bertiup di sekolahnya sebab atap empat ruang kelas sekolah tersebut sudah jebol. Ruangan guru sekolah saat ini sudah tidak dapat digunakan karena gentengnya sebagian hancur. ”Kalau angin kencang, kami khawatir atap dan bangunan roboh kemudian menimpa kami,” tutur Suprihatin.
Kepala SDN Sukamaju Baru 03 Siti Nurzainah mengharap segera ada bantuan perbaikan sekolahnya sebab kondisi bangunan sekolahnya yang dibangun tahun 1988 belum pernah direhabilitasi.
Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail berharap ada bantuan untuk perbaikan sekolah. Saat ini, sekitar 40 persen sekolah di Depok rusak berat, paling banyak SD. Dari 253 SD, ada 623 ruang kelas rusak berat.(NDY)

Sumber: Detik.com

30 Januari 2012

ASET NEGARA RP1.388 TRILIUN

Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Negara telah melaksanakan inventarisasi dan penilaian Barang Milik Negara (BMN) pada 74 Kementerian/Lembaga (K/L) mulai tahun 2007. Sampai 30 Juni 2011, setelah dilakukan inventarisasi dan penilaian nilai total BMN mencapai Rp 1.338,7 triliun.

"Dimana terdiri dari persediaan sebesar Rp 49,56 triliun dan aset tetap sebesar Rp 1.265,09 triliun serta aset lainnya sebesar Rp 24,05 triliun," ungkap Direktur Hukum dan Humas Ditjen Kekayaan Negara Purnama T Sianturi dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis (29/12/2011).

BMN per 30 Juni 2011 ini mengalami kenaikan Rp 51.123,65 triliun atau 3,97% dibandingkan pada 1 Januari 2011. Hingga November 2011, sisa satker yang belum dilakukan inventarisasi dan penilaian pada K/L 119 satker dari target 687. Sebanyak 568 satker telah selesai dan diharapkan akhir 2011 seluruhnya dapat diinventarisir.

"Terkait sumber pembiayaan APBN dalam bentuk Hasil Pengelolaan Aset (HPA), Ditjen Kekayaan Negara berhasil memeroleh HPA selama semester I-2011 hingga Rp 556 miliar. Maka target APBN-P HPA ditetapkan sebesar Rp 965, 69 miliar," jelas Purnama.

Sementara, Purnama memaparkan hingga 28 Desember 2011 realisasi HPA telah mencapai Rp 993,61 miliar. "Prediksi HPA sampai akhir tahun 2011 adalah Rp 1,12 triliun karena ada tambahan penerimaan sebesar Rp 127 miliar dari konversi piutang menjadi penyertaan modal," ungkapnya.

Adapun hasil pengelolaan Kekayaan Negara lain-lain sebagai berikut :



  1. Pengelolaan aset eks Bank Dalam Likuidasi sebesar Rp 170,44 miliar.
  2. Pengelolaan aset eks BPPN sebesar Rp 307,88 miliar.
  3. Pengelolaan aset eks kelolaan PT PPA (Persero) yang dikelola langsung oleh Kementerian Keuangan sebesar Rp 400,174 iliar.
  4. Pengelolaan aset yang diserahkelolakan ke PT PPA (Persero) sebesar Rp 106,113 miliar
  5. Pengelolaan aset lain yaitu aset KKKS, PKP2B, Aset barang miilik asing/Chinat, aset rampasan kejaksaan, aset tegahan bea cukai, aset eks INDRA, USAID, ProFi, barang milik kapal tenggelam, aset eks Gratifikasi dan lain-lain.
Sumber: Herdaru Purnomo - detikFinance

19 Januari 2012

CERITA YANG SANGAT MENGINSPIRASI UNTUK KITA

Demi Menghemat Biaya, Pelajar Ini Berlari 30 km Setiap Harinya





wpid yan mingqiang idbite 220 Demi Menghemat Biaya , Seorang Pelajar SMA di Cina Berlari 30 km Setiap Harinya
Besarnya rasa pengorbanan yang dimiliki oleh seorang pelajar SMA di Cina ini memang rasanya sangat pantas ditiru dan dijadikan inspirasi oleh para pelajar kita.
Ketika akhir-akhir ini ramai berita mengenai sebagian pelajar kita yang sibuk dengan tawuran, seorang siswa SMA berumur 19 tahun di Cina terus bertahan sekolah meskipun harus berlari 30 km sehari untuk menghemat biaya perjalanan sebesar 9 yuan (12 ribu rupiah). Dan kegiatan itu rutin ia lakukan selama 2 tahun!

Pelajar itu, Yan Mingqiang, memang hidup dalam keluarga yang miskin, tapi hebatnya, hal itu tidak membuat Yan menjadi seorang remaja yang miskin budi pekerti.

Ditengah kemiskinan tersebut, kedua orang tua Yan sakit, bahkan sang ibu tidak dapat meninggalkan tempat tidurnya. Untuk mengurangi beban finansial yang dialami keluarganya, di saat anak lain sibuk bermain, Yan selalu menghabiskan waktu liburnya dengan bekerja.

Seperti dilaporkan oleh chinanews.com, pengorbanan yang dilakukan Yan tersebut menjadikan dirinya sebagai seorang atlit lari jarak jauh yang baik, gurunya juga percaya anak ini memiliki prospek yang bagus dalam olahraga tersebut.

Bagi Yan, keinginan terbesarnya saat ini adalah kesembuhan bagi kedua orangtuanya. 
Oleh sebab itu, marilah kita mengucap syukur atas apa yang sudah kita miliki, jangan pernah minder dengan ketrbatasan anda. Tapi cobalah untuk selalu berpikir positif untuk bisa meraih kehidupan dan merubah hidupmu menjadi lebih baik. Karena Tuhan juga bangga bagi kita yang mau dan bisa bersyukur. Dan percayalah bahwa dibalik  rasa bersyukur kita pasti ada berkat, amin :)

Buruknya Pendidikan Indonesia


Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor yang akan turut serta mendukung bagi kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan , sehingga suatu bangsa dapat diukur, apakah bangsa itu merupakan suatu bangsa yang maju atau tidak ? Sebab pendidikan merupakan suatu proses mencetak generasi bangsa.
Bagi suatu bangsa yang ingin dikatakan sebagai bangsa yang maju di mata dunia, pendidikan harus dipandang sebagai suatu kebutuhan pokok halnya sandang, pangan, dan papan. Namun miris rasanya, jika kita melihat kondisi pendidikan bangsa kita sendiri, yaitu Bangsa Indonesia. Banyak masalah timbul di dunia pendidikan Indonesia , mulai dari rusaknya atau kurangnya sarana dan prasarana pendidikan di suatu lembaga pendidikan, tidak profesionalnya tenaga-tenaga pendidikan yang ada, sampai masalah kualitas peserta didik yang jauh dari harapan.
Mahalnya biaya pendidikan, diakui juga sebagai kendala atau masalah untuk memajukannya pendidikan Bangsa Indonesia. Banyaknya anak-anak yang mempunyai keinginan kuat untuk menggenggam pendidikan, namun terhalangi oleh masalah biaya sudah lumrah terjadi di Indonesia. Bukannya pemerintah tidak mampu untuk membiayai mereka, namun dikarenakan makin banyaknya oknum-oknum pendidik yang terus melanggar dan merampas hak yang seharusnya diberikan kepada anak-anak tersebut.
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mengawasi dan kita perbaiki apa saja hal yang kurang dari pendidikan bangsa Indonesia untuk mewujudkan suasana dan proses  belajar mengajar, agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sehingga dapat membantu mempercepat Indonesia menjadi suatu bangsa yang maju dan dipandang baik oleh mata Dunia.

SEKOLAH KAMI RUSAK, DAN BELAJAR HARUS BERGANTIAN, SEMENTARA DPR BERSIKAP HEDON.

10 Januari 2012

PENDIDIKAN FAKTOR PENENTU GENERASI MASA DEPAN

Ada 3 poin kesimpulan tentang kondisi pendidikan di Indonesia yang memprihatinkan diantaranya:
1. Terjadinya diskriminasi pendidikan terhadap masyarakat Indonesia
2. Pendidikan di Indonesia lebih fokus terhadap nilai atau angka. Hasil lebih dipentingkan daripada proses yang dijalani.
3. Pendidikan awal 9 tahun lebih fokus terhadap intelektual, untuk pendidikan budipekerti, karakter dan mental sangat kurang.
Lalu bagaimana solusi untuk menangani kondisi yang memprihatinkan ini:
Pertama, pemerataan pendidikan dsetiap daerah.
Pemerintah membuat sistem pendidikan yang semua masyarakat Indonesia mampu mendapatkannya dengan porsi yang sama. Standar sekolahnya tidak ada yang dibedakan, entah itu SBI, SBN atau yang lain sehingga tidak terjadi diskriminasi pendidikan. Tidak boleh terjadi rumor bahwa sekolah yang bagus hanya untuk orang-orang yang menengah ke atas sedangkan sekolah yang biasa-biasa saja hanya untuk orang-orang yang menengah ke bawah. Dengan adanya pemerataan pendidikan di setiap daerah, akan diharapkan  seluruh anak di seluruh di Indonesia mampu mengenyam pendidikan.
Kedua, menyeimbangkan pendidikan ntelektual, budi pekerti dan karakter.
Pendidikan yang mengandalkan intelektual saja, tidak menjamin bisa membawa Indonesia menjadi negara yang lebih baik jika tidak diimbangi dengan akhlak, kepribadian dan karakter yang baik. Kita bisa melihat banyak politisi maupun anggota DPR di negeri ini lulusan perguruan tinggi terbaik baik dalam negeri maupun luar negeri. Tak bisa dipungkiri secara intelektual, mereka mempunyai otak yang cerdas. Tetapi kita lihat bahwa mereka sangat sedikit membawa perubahan untuk negeri ini bahkan tidak ada perubahan sama sekali dan tidak sedikit dari mereka melakukan perbuatan yang malah merugikan negaranya sendiri seperti melakukan korupsi. Oleh karena itu, perlunya pendidikan karakter dan budipekerti untuk menyeimbangi pendidikan intelektual supaya jika saatnya nanti diberi amanah untuk memimpin negeri, para generasi mampu mempunyai karakter yang baik sehingga mampu menyelesaikan  permasalahan di Indonesia tanpa merugikan rakyatnya.
Ketiga, menghargai proses dan hasil pendidikan
Untuk mengetahui sejauh mana pendidikan tersebut berhasil atau tidak, perlu adanya pengujian terhadap para murid dan kemudian keluar hasil dari pengujian tersebut. Terkadang hasil pengujian ini menjadi tolok ukur satu-satunya untuk menilai hasil belajar dari para murid. Sehingga keberjalanan proses pendidikan tidak menjadi pertimbangan dalam penilaian pendidikan tersebut. Akibatnya para murid secara tidak langsung tertanam dalam pikirannya bahwa hasil lebih penting daripada proses mencapai hasil tersebut. Dampak buruknya , para murid lebih mementingkan mendapat hasil yang baik walaupun mendapatkan hasil tersebut melalui proses yang baik atau buruk. Sebagai contoh permasalahan Ujian Nasional beberapa waktu lalu, banyak kecurangan yang terjadi di berbagai sekolah di tiap daerah. Kecurangan tersebut terjadi karena adanya kekhawatiran dari beberapa sekolah jika ada muridnya mendapatkan hasil yang tidak diharapkan seperti tidak lulus karena nilai ujian di bawah standar. Oleh karena itu, ada oknum guru atau pegawai sekolah yang membocorkan jawaban ujian atau membagi-bagi jawaban saat ujian berlangsung. Lalu timbul pertanyaan, pendidikan inikah yang diajarkan kepada generasi masa depan indonesia selama 3 tahun untuk SMP/SMA dan  6 tahun untuk SD ? lalu apa makna proses pendidikan  selama  6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP/SMA jika ujung-ujungnya diajarkan untuk berbuat kecurangan?  Efek dari pendidikan ini akan berdampak bagi kehidupan generasi tersebut di masa depan.
 
KESIMPULAN:  
Indonesia merupakan salah satu negara besar tetapi banyak permasalahan yang terjadi di negeri ini dimulai dari masalah korupsi, kemiskinan, kekurangan air bersih dan lain-lain. Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di negeri ini, perlu manusia-manusia Indonesia yang cerdas berintelektual, berkarakter dan peduli terhadap nasib bangsa ini. Untuk membentuk manusia yang seperti itu, dibutuhkan pendidikan berkualitas yang dimulai dari sejak kecil dan pendidikan tersebut harus merata ke seluruh penjuru tanah air Indonesia, tidak hanya terpusat di satu pulau atau satu daerah saja, karena setiap warga Indonesia berhak atas pendidikan yang layak. Dalam menjalankan misi pendidikan untuk seluruh warga Indonesia, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dan menerapkannya satu persatu tiap daerah, perlu adanya partisipasi dari masyarakat sekitar. Masyarakat dalam konteks ini bisa menjadi sarana pengawas yang mengawasi keberjalanan proses pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah, sehingga masyarakat mampu melakukan protes jika sistem pendidikan atau proses pendidikan yang dibuat pemerintah mengalami penyimpangan.
 

PENDIDIKAN DI INDONESIA

Membicarakan hal yang satu ini mungkin tidak akan habis-habisnya. Ya, dengan keadaan yang ada sekarang ini, ditandai dengan demo di sejumlah tempat yang pada dasarnya menuntut pendidikan murah. Tapi saya tidak ingin menulis tentang demo tersebut. Saya hanya ingin menceritakan beberapa keluhan handai taulan (bahkan sampai berdebat kusir hehehe) tentang pendidikan ini.


Salah satu teman saya, agak berang, bilang “Masak sudah sudah ada BOS, kita masih harus bayar Rp. 15.000 per bulan? Di SD lainnya kok enggak bayar lagi.”. Kebetulan memang anaknya berada di SD Negeri 2, dimana ada 3 SDN dalam satu lingkungan sekolah.
Saya coba jadi counter-nya, “Mungkin di SDnya banyak ekstra kurikuler. Sudah cek atau belum? Ada komputer atau enggak?”.
Dia langsung menyanggah, “Ah enggak ada kayak gituan. sama aja!”
Akhirnya lama berdebat, bahkan ditambah satu orang lagi. Cuma jadi kemana-mana buntutnya. Menuduh KepSek korupsi, Guru korupsi, Masya Allah. Setelah lama berdebat, disimpulkan bahwa sebagian dana anggaran orang tua tadi digunakan untuk perbaikan WC, prasarana gedung, tiang bendera, biaya mencat pagar dan lain-lain.
Akhirnya, saya merasa menyadari ada ketidak-adilan disini. Kalau sudah tidak adil, pasti melanggar Pancasila, “Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia”. Kita bisa bandingkan SD Negeri di tengah kota dengan SD Negeri di kampung. Terasa sekali ketimpangan sosial antara kedua SD tersebut. Berita hari ini, ada satu SDN yang roboh.
Menurut ‘mata-adil’ saya, seharusnyalah setiap Sekolah Negeri di negeri ini mempunyai prasarana yang sama, baik dipedalaman Papua sana, atau yang berada di pusat kota Jakarta. Tidak boleh dibedakan. Karena ini Sekolah Negeri (atau Sekolah miliknya negara), maka tidak boleh juga menerima sumbangan dari pihak lain. Mutlak harus dibiayai negara.
Perbedaan Uang Pangkal juga menjadi pertanyaan. Kok, sama sama sekolah negeri uang pangkal berbeda? Tiap sekolah pasti punya jawaban (atau alasan) mengapa mereka menarik uang pangkal sedemikian besar. Uang sejenis inipun harus ditiadakan untuk sekolah Negeri. Alasannya sama dengan di atas, tidak boleh ada perbedaan antar sekolah negeri.
Tentu lain halnya dengan sekolah swasta, yang sah-sah saja menerima sumbangan dari pihak manapun.
Saya tidak tahu keadaan makro dari Anggaran Belanja Negara untuk pendidikan yang konon terlalu kecil. Saya juga tidak mengetahui kondisi dana subsidi Minyak (yang jadi BOS).
“Kaca mata” saya mungkin perlu diperbaiki, untuk menentukan apakah cukup adil kondisi di atas. Apakah benar pendapat saya, bahwa setiap Sekolah Negeri harus memiliki prasarana yang sama? Saya sendiri masih belum yakin. :)
Apalagi setelah baca blognya Harry Sekolah Swadaya – diskusi dengan penyelenggara sekolah gratis. Kok saya jadi merasa bahwa Negara tidak mampu memberikan pendidikan kepada warganya, seperti yang tercantum dalam UUD 45. @Sunaryo Hadi

PENDIDIKAN KARAKTER


Pendidikan Karaketr untuk seluruh penduduk Indonesia

Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
  • 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
  • 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
  • 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
  • Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas

Setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikirkan anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para pejabat Negara.

Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya disekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.

Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.

Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?


Baiklah kembali lagi ke topik, karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karaketr rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?

Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat) #Pendidikan karakter

8 Januari 2012

2.5% HARTAMU MILIK MEREKA !!


Aku, kami adalah bagian dari negara ini. Tetapi hak kami dirampas, kami tidak merasakan apa itu MERDEKA !!