10 Januari 2012

PENDIDIKAN FAKTOR PENENTU GENERASI MASA DEPAN

Ada 3 poin kesimpulan tentang kondisi pendidikan di Indonesia yang memprihatinkan diantaranya:
1. Terjadinya diskriminasi pendidikan terhadap masyarakat Indonesia
2. Pendidikan di Indonesia lebih fokus terhadap nilai atau angka. Hasil lebih dipentingkan daripada proses yang dijalani.
3. Pendidikan awal 9 tahun lebih fokus terhadap intelektual, untuk pendidikan budipekerti, karakter dan mental sangat kurang.
Lalu bagaimana solusi untuk menangani kondisi yang memprihatinkan ini:
Pertama, pemerataan pendidikan dsetiap daerah.
Pemerintah membuat sistem pendidikan yang semua masyarakat Indonesia mampu mendapatkannya dengan porsi yang sama. Standar sekolahnya tidak ada yang dibedakan, entah itu SBI, SBN atau yang lain sehingga tidak terjadi diskriminasi pendidikan. Tidak boleh terjadi rumor bahwa sekolah yang bagus hanya untuk orang-orang yang menengah ke atas sedangkan sekolah yang biasa-biasa saja hanya untuk orang-orang yang menengah ke bawah. Dengan adanya pemerataan pendidikan di setiap daerah, akan diharapkan  seluruh anak di seluruh di Indonesia mampu mengenyam pendidikan.
Kedua, menyeimbangkan pendidikan ntelektual, budi pekerti dan karakter.
Pendidikan yang mengandalkan intelektual saja, tidak menjamin bisa membawa Indonesia menjadi negara yang lebih baik jika tidak diimbangi dengan akhlak, kepribadian dan karakter yang baik. Kita bisa melihat banyak politisi maupun anggota DPR di negeri ini lulusan perguruan tinggi terbaik baik dalam negeri maupun luar negeri. Tak bisa dipungkiri secara intelektual, mereka mempunyai otak yang cerdas. Tetapi kita lihat bahwa mereka sangat sedikit membawa perubahan untuk negeri ini bahkan tidak ada perubahan sama sekali dan tidak sedikit dari mereka melakukan perbuatan yang malah merugikan negaranya sendiri seperti melakukan korupsi. Oleh karena itu, perlunya pendidikan karakter dan budipekerti untuk menyeimbangi pendidikan intelektual supaya jika saatnya nanti diberi amanah untuk memimpin negeri, para generasi mampu mempunyai karakter yang baik sehingga mampu menyelesaikan  permasalahan di Indonesia tanpa merugikan rakyatnya.
Ketiga, menghargai proses dan hasil pendidikan
Untuk mengetahui sejauh mana pendidikan tersebut berhasil atau tidak, perlu adanya pengujian terhadap para murid dan kemudian keluar hasil dari pengujian tersebut. Terkadang hasil pengujian ini menjadi tolok ukur satu-satunya untuk menilai hasil belajar dari para murid. Sehingga keberjalanan proses pendidikan tidak menjadi pertimbangan dalam penilaian pendidikan tersebut. Akibatnya para murid secara tidak langsung tertanam dalam pikirannya bahwa hasil lebih penting daripada proses mencapai hasil tersebut. Dampak buruknya , para murid lebih mementingkan mendapat hasil yang baik walaupun mendapatkan hasil tersebut melalui proses yang baik atau buruk. Sebagai contoh permasalahan Ujian Nasional beberapa waktu lalu, banyak kecurangan yang terjadi di berbagai sekolah di tiap daerah. Kecurangan tersebut terjadi karena adanya kekhawatiran dari beberapa sekolah jika ada muridnya mendapatkan hasil yang tidak diharapkan seperti tidak lulus karena nilai ujian di bawah standar. Oleh karena itu, ada oknum guru atau pegawai sekolah yang membocorkan jawaban ujian atau membagi-bagi jawaban saat ujian berlangsung. Lalu timbul pertanyaan, pendidikan inikah yang diajarkan kepada generasi masa depan indonesia selama 3 tahun untuk SMP/SMA dan  6 tahun untuk SD ? lalu apa makna proses pendidikan  selama  6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP/SMA jika ujung-ujungnya diajarkan untuk berbuat kecurangan?  Efek dari pendidikan ini akan berdampak bagi kehidupan generasi tersebut di masa depan.
 
KESIMPULAN:  
Indonesia merupakan salah satu negara besar tetapi banyak permasalahan yang terjadi di negeri ini dimulai dari masalah korupsi, kemiskinan, kekurangan air bersih dan lain-lain. Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di negeri ini, perlu manusia-manusia Indonesia yang cerdas berintelektual, berkarakter dan peduli terhadap nasib bangsa ini. Untuk membentuk manusia yang seperti itu, dibutuhkan pendidikan berkualitas yang dimulai dari sejak kecil dan pendidikan tersebut harus merata ke seluruh penjuru tanah air Indonesia, tidak hanya terpusat di satu pulau atau satu daerah saja, karena setiap warga Indonesia berhak atas pendidikan yang layak. Dalam menjalankan misi pendidikan untuk seluruh warga Indonesia, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dan menerapkannya satu persatu tiap daerah, perlu adanya partisipasi dari masyarakat sekitar. Masyarakat dalam konteks ini bisa menjadi sarana pengawas yang mengawasi keberjalanan proses pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah, sehingga masyarakat mampu melakukan protes jika sistem pendidikan atau proses pendidikan yang dibuat pemerintah mengalami penyimpangan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar